Tags

, , ,

Wadja

Finally, kesampaian juga liat film ini. Nonton di Entertainment on board Qatar Airways dalam perjalanan London-Doha, Juli 2014 lalu

Sebuah cerita cantik tentang buruk rupanya Arab. Film ini berkisah tentang Wadjda, anak perempuan yang punya keingintahuan yang sangat besar dan pengen mencoba segalanya. Menampar bangsa arab dengan kritik keras lewat penuturan yang sangat lembut akan diskriminasi dunia perempuan.

Wadjda ingin sekali bisa bersepeda seperti temen laki-lakinya. Namun dunia arab melarang kaum wanita mengendarai kendaraan apapun bentuknya. Wadjda juga selalu bertanya kenapa wanita harus memakai abaya dan cadar, Kenapa kaum pria bisa memiliki beberapa istri, kenapa wanita dilarang bersuara keras dan berbagai diskriminasi lainnya.

wadjda-poster

Film ini juga menyentil budaya arab akan kawin muda (anak perempuan SD yang baru mendapatkan menstruasi dikawinkan dengan bandot tua) perlakuan kasar para pria arab akan wanita, serta budaya mertua (orang tua) dari pihak lelaki akan pihak wanita yang terlalu ikut campur urusan keluarga. Belum lagi kemunafikan para penguasa yang menjadikan agama sebagai tameng (dalam hal ini digambarkan kepala sekolah Wadjda)

Redline ceritanya adalah Wadjda yang ingin menang pertandingan baca quran demi mendapatkan hadiah uang untuk membeli sepeda. Too complicated. Cerita sedih namun gak cengeng.

Sutradara dan penulisnya lewat film Wadjda mengkritik arab bukan dengan berteriak-teriak, tidak pula dengan memelas penuh kasihan dan air mata. Semua di buat se-realistis mungkin namun sungguh menyayat hati penonton.

Tontonlah, setidaknya kita bersyukur masih diberikan kebebasan melakukan banyak hal tanpa kekangan seperti dunia arab.