Tags
Minggu sore kemarin terjadi ledakan bom di kota Lahore, Pakistan. Update terakhir, tercatat 69 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Polisi mengatakan ledakan tersebut berasal dari bom bunuh diri di dekat taman bermain yang sedang ramai dan dipenuhi oleh keluarga. Sebagian pengunjung merupakan umat Kristiani yang sedang merayakan Hari Minggu Paskah di taman. Korban tewas dan luka-luka kebanyakan dari kalangan anak-anak dan perempuan. Kelompok Taliban Pakistan, Jamaat-ul-Ahrar, menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Setelah teror bom melanda Paris, Jakarta, Ankara dan Brussel (tentunya Iraq, Palestina dan Syria yang sedang dilanda konflik dan perang berkepanjangan) teror kemudian menjalar ke Lahore, ibu kota Punjab, provinsi terbesar dan terkaya di Pakistan serta daerah yang menjadi markas politik Perdana Menteri Nawaz Sharif.
Jujur, Saya tidak tega melihat video rekaman dan foto saat kejadian yang banyak beredar di sosial media. Melihat potongan tubuh anak-anak yang tewas dan telah tercerai-berai membuat hati saya teriris sedih. Saya ingat keponakan-keponakan saya masih kecil, yang masih senang bermain dan berlarian di taman dan mungkin masih seusia korban yang tewas saat bom tersebut meledak. Saya tak tega membayangkan wajah polos mereka yang berlumur darah dan kemudian harus merenggang nyawa. Mata saya juga basah ketika harus menyaksikan ibu-ibu dan perempuan terkapar bersimbah darah. Ada yang mengambang di mata saya ketika harus menyaksikan bapak-bapak, ibu-ibu, orang tua dan para keluarga korban lainnya yang menjerit histeris, berteriak pilu serta menangis tersedu-sedan memanggil-manggil anggota keluarga mereka yang menjadi korban. Those are breaking my heart.
Sejenak saya teringat video anak Syria yang beberapa hari lalu sempat menjadi viral di timeline Facebook. Its video made me cry. Her name is Ghina Bou Hamdan. A Syria young girl yang sedang mengikuti audisi reality show The Voice Kids for Arab World. She was singing for her generation’s lost childhood and peace. She cry and its makes everybody cry and honestly, I am still crying whenever watch it. Ghina menyayikan lagu Give Us Childhood, Give Us Peace. Sebuah lagu yang pernah dipopulerkan oleh Remi Bandali, a Lebanese young girl di tahun 1985
We’ve came to wish you happy holidays
And during the holidays we ask you
Why is that we do not have any holidays or decorations
Oh world..
My country is burned
My land freedom is stolen
Our sky is dreaming , asking the days
Where is the beautiful sun
And where is the fluttering of the doves ?
Oh world
My land is small, It is small like me
And give the peace back to it, give us childhood
Give Us Childhood, Give Us Peace
Sesungguhnya, Ghina tidak sendirian, masih banyak Ghina-Ghina yang lain yang tidak bisa mendapatkan previllage kemerdekaaan sebagai anak-anak. Masih banyak dari mereka yang kelaparan, tidak ada tempat nyaman untuk berlindung, kehilangan orang tua, suadara serta keluarga lainnya karena perang yang tak berkesudahan. Perang atas nama ideologi, perang atas nama kekuasaan dan perang atas nama tuhan.
Tangisan Ghina adalah tangisan kita semua. Tangisan dunia. Tangisan akan hilangnya nurani. Tangisan akan hilangnya kemanusiaan. Tangisan akan betapa tidak berartinya sebuah nyawa. Tangisan akan penderitaan, kepedihan, ketidakdilan dan keputusasaan.
Apa yang ada di pikiran mereka yang membunuh atas nama agama ini? Kenapa mereka seolah-olah mewakili tuhan sehingga bisa menentukan siapa yang berhak hidup dan siapa yang tidak. Tidakkah mereka mempunyai anak? Saudara? Keluarga? Atau teman? Dan bagaimana perasaan mereka ketika orang yang mereka kenal kemudian merenggang nyawa hanya karena berbeda keyakinan, bersebrangan ideologi dan memanggil tuhan dengan nama yang tak sama? Pertanyaan-pertanyaan tersebut berputar terus di kepala saya saat menyaksikan liputan bom Lahore semalam. Anak-anak korban bom terlalu innocent dan mereka juga tidak pernah tahu dan mengerti ada apa serta kenapa dengan dunia kini. Seperti syair yang dinyanyikan oleh Ghina “My land is small, It is small like me
And give the peace back to it, give us childhood. Give Us Childhood, Give Us Peace”
Its enough ISIS, Taliban, Al-Qaeda, Boko Haram dan kaum ekstrimis lainnya. Its enough…