Tags
Mumpung kerjaan lagi agak slow dan baru selese final exam di kampus, saya pengen sharing perjalanan sewaktu di Liverpool. Enjoy!
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, setelah seharian berkelana di Bath, sebuah kota cantik nan menawan yang kaya akan cerita sejarah Romawi tujuan saya selanjutnya adalah kota Liverpool. Bath ke Liverpool bisa ditempuh kurang lebih 5 jam via bus. Yakinlah selama perjalanan gak bakalan bosan karena sepanjang mata memandang kita akan melihat pemandangan hijau yang menyengarkan, bangunan cantik dan antik serta kastil-kastil tua khas eropa.
Sesampai di Liverpool saya menginap Novotel Liverpool Hotel, tepat di jantung kota Liverpool. Hotel berdinding merah bata khas seperti bangunan-bangunan yang ada di Liverpool ini dekat dengan Tate Liverpool museum, dan berjarak kurang lebih 2.2 KM dari Liverpool Empire Theatre serta 6 KM dari Anfield stadium yang tersohor itu. Karena udah malam, saya hanya menghabiskan jalan-jalan diseputaran hotel saja. Udara dingin dan basah serta rintik hujan mewarnai malam kedatangan di kota ini.
Jujur sebenarnya, Liverpool bukanlah kota yang masuk dalam bucket list saya. I’m not football fans, so I am not excited with Anfield dengan segala ceritanya. Perjalanan saya kesini lebih karena The Beatles. The Beatles were an English rock band, formed in Liverpool in 1960. Musiknya memang bukan ada di era saya, tapi gaung dan sejarahnya telah menggelitik saya untuk mengeksplor kota ini lebih jauh. Many musicians in the world influenced by The Beatles. Not only about their music but also fashion and culture. One word for them: LEGEND!
Pemerintah kota membuat sebuah museum untuk mengingat betapa hebat dan berpengaruhnya mereka di dunia dengan mendirikan The Beatles Story. It is an award-winning visitor attraction and the world’s largest permanent exhibition purely devoted to the lives and times of The Beatles.
Located of The Beatles Story on the stunning UNESCO World heritage site at the Albert Dock, The Beatles Story takes visitors on an atmospheric journey through the lives, times, culture and music of The Beatles.
Memasuki The Beatles Story seperti memasuki sebuah lorong waktu Inggris zaman dahulu. Kita akan menemukan manuscript asli lagu-lagu mereka. Kita juga bisa melihat George Harrison’s first guitar, John Lennon’s round spectacles yang khas itu, ada pula Replicas of The Casbah Club, The Cavern Club, and Abbey Road Studios yang membuat kita serasa sedang berada di era Inggris tahun 1960an.
Puas berkeliling The Beatles Story saya melanjutkan tour di The Albert Dock. The Albert Dock adalah kompleks bangunan dermaga dan gudang terbesar di Liverpool. Dirancang oleh Jesse Hartley dan Philip Hardwick, dibuka pada tahun 1846, The Albert Dock merupakan bangunan pertama di Inggris yang dibangun dari besi cor dan batu bata merah yang khas tanpa struktur kayu. Hal inilah yang membedakannya dengan bangunan-bangunan khas eropa lainnya.
Letak Liverpool yang berada di North West England dan secara geografis memang dekat laut membuat The Albert Dock menjadi Liverpool’s port city.
Setelah berkeliling The Albert Dock saya melanjutkan keliling kota LIverpool. Cuaca sedikit berangin dan basah serta hujan rintik membuat saya harus menahan dinginnya kota ini. As a Port City, Liverpool has contributed to diverse population, from a wide range of peoples, cultures, and religions, particularly those from Ireland and Wales. Natives of Liverpool are referred to as Liverpudlians (or less commonly Liverpolitans) tapi percayalah, mereka adalah orang-orang yang ramah. Beberapa kali saya mengobrol dengan orang yang berlalu lalang menanyakan arah jalan.
Selama di Liverpool saya berkunjung ke St George’s Hall yang berhadapan dengan Lime Street railway station. It is a building in Neoclassical style which contains concert halls and law courts. Gedung Megah yang kaya akan nilai sejarah baik relief, statue maupun interiornya. Selain itu, walaupun I’m not football fans, gak afdol rasanya kalo gak ke Anfield Stadium. Markas besar Liverpool FC. Saya penasaran sama stadion yang dijuluki The Kop ini. Spion Kop (or Kop for short) is a colloquial name or term for a number of single tier terraces and stands at sports stadiums.
Memasuki Anfield Stadium kita akan merasakan ambience pecinta bola dunia. Dipintu masuk kita akan disambut oleh Gate yang bertuliskan You’ll Never Walk Alone. The anthem of Liverpool.
Liverpool Public Library
Dua hari di Liverpool saya juga berkeliling Mathew Street yang tersohor, Liverpool Central Library yang gueeedeeeee bangetttt, The Cavern Club tempat The Beatles manggung, Trus naik taxi Liverpool yang unik itu dan muter-muter gak jelas deket-deket hotel. Memang kelihatannya Liverpool seperti kota yang sepi karena memang udara maritim mereka yang dingnin, basah dan berangin membuat hanya sedikit yang beraktivitas diluar, tapi cobalah masuk ke Museum, Station, Stadion dan Pub niscaya kita akan menemakan keramaian dan keramahan Liverpudlian
Setelah Liverpool saya kemudian melanjutkan perjalanan menuju Manchester. One of the metropolitan city in UK. Kembali berpertualang…
cK said:
Yang motretin siapa? #eh
LikeLike
Adiitoo said:
Nah, baru mau tanya hal yang sama, yang motoin siapa, Mas? Hahaha
Liverpool sepi amir njirrr.
LikeLike