Politik identitas selalu muncul dengan rasa kebencian. Karena berbeda Suku, Agama, Ras dan Aliran mereka saling membenci bahkan sampai menghilangkan nyawa. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi sudah menjadi masalah dunia.
Mereka berteriak anti-anti yang berbeda. Anti Islam, anti Yahudi, anti Kristen, anti China, anti imigran, anti ini dan itu. Mereka pikir mereka saling bertentangan. Padahal mereka sama: sama-sama menyulut api kebencian atas apa yang tidak mereka pahami.
Dulu sekali, saya pernah menjadi bagian kelompok anti ini dan itu sebelum akhirnya berinteraksi dengan mereka yang berbeda. Saya hanya mau memahami dan mendengar tentang golongan saya serta menganggap golangan saya adalah yang paling benar dan yang lain salah.
Sampai kemudian, saya melanjutkan sekolah dan bekerja dengan mereka yang berbeda. Saya juga traveling melanglang buana mengelilingi dunia. Semakin jauh perjalanan dan bertambahnya usia semakin saya menyadari kalau perbedaan adalah hal yang biasa. Belajar dari pengalaman, saya pernah di tolong orang Katolik karena ada permasalahan ketika di Eropa. Saya pernah satu kamar dengan orang Yahudi ketika di Jepang. Saya melakukan perjalanan dengan orang China ketika di Taiwan. Saya pernah makan malam bersama Atheist ketika di Hongkong. Saya pun pernah berjumpa dan ngobrol panjang dengan para imigran Timur Tengah yang sedang mencari suaka.
Saya pernah dan masih bekerja satu tim dengan orang India dan pemeluk Hindu taat. Saya mempunyai atasan kantor orang Philippines yang sangat baik. Saya punya teman akrab orang Perancis. Saya juga bersahabat dan sering berjumpa serta melakukan perjalanan dengan orang Canada, Austria, Malaysia, Singapore dan Maldives. Klien-klien kantor tempat saya bekerja adalah orang Inggris, Belanda, Pakistan dan lainnya. Saya juga mengajar paruh waktu di sebuah kampus yang mahasiswa dan rekan dosen yang heterogen, multikultural dan multi ras.
Akhirnya cara pandang terhadap orang yang berbeda dengan saya kemudian perlahan berubah seiring dengan pemahaman saya terhadap mereka yang berbeda. Saya mulai memahami mereka yang berbeda. Saya mau mendengar mereka yang berbeda walaupun secara keyakinan dan identitas kebangsaan masih sama. Beruntungnya, saya bertemu dengan orang yang berbeda namun kita semua saling memahami akan perbedaan.
Sebenernya yang kita butuhkan sekarang adalah mau mendengar mereka yang berbeda bukan menghakimi, bersahabat dengan yang berbeda bukan bermusuhan, bergandengan tangan dengan yang berbeda bukan angkat senjata dan perang atau saling membenci apalagi membunuh. Sudah saatnya kita meyakini bahwa sesungguhnya orang yang berbeda juga manusia.
Kita diwajibkan memanusiakan manusia karena kemanusiaanlah merupakah hal yang paling utama dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berhentilah melakukan kekerasan atas nama Suku, Agama, Ras dan Aliran. Kita semua sama-sama manusia ciptaan Tuhan walau kita memanggil-Nya dengan sebutan yang berbeda dan beribadah dengan cara yang tak sama.
Tulisan ini saya persembahkan karena duka dan simpati untuk peristiwa penembakan di Masjid New Zealand dengan alasan kebencian dan perbedaan. Semoga mereka ditempatkan di sisi Allah SWT. Amin…